jump to navigation

Meski Dah Sarjana, Mbah Tetep Aja Nguliahin November 15, 2011

Posted by agusdd in lihat sekelilingku, Nasehat, pengalaman.
trackback

Namanya anak muda, umur-umur dimana kita sedang aktif-aktifnya, suka mengeksplorasi diri dan mencoba banyak hal didunia ini. Anak muda memang cenderung berpikir singkat, berani asal trobos dan berani ambil risiko. Namun bukan tanpa wawasan, meski ia terlihat loncat sana-loncat sini, itu sebenarnya sudah memiliki pertimbangan versi si anak muda.

Perilaku seperti ini bagi orang tua mungkin terlihat aneh. Akhirnya kena tegur deh.

“Sini saya bilangin. Simbah ini sudah banyak pengalaman asam garam dilaut. Kamu asal jangan slonong bay begitu, juga kalau nggak tahu tanya dulu sama simbah. Mbah kan ngasih tahu kamu tentang pemikiran-pemikiran mutakhir yang bisa meminimalkan risiko”

“Tapi mbah saya kan mau bantu, lagian saya sudah belajar dimana-mana dan mbah juga kuliahin saya tinggi-tinggi itu biar pinter, kok masih aja mbah kuliahin”

“Kamu tu sarjana multipulcois, emang ngikutin perkembangan semuanya po?”

Ketua KPK Busyro Muqoddas bilang, kalau wabah korupsi dibiarkan, kita akan menuju — mengutip pujangga Ronggowarsito — zaman Kaliyuga (keruntuhan). Tanda-tandanya: militer-ulama-pertapa-intelektual-birokrat-penegak hukum tunduk kepada pemilik uang. Budayawan Kuntowijoyo (almarhum) telah menjelaskan hal ini dari perspektif sejarah dengan sistematis sekali dg judul tulisan: “Menuju Negara Paska-Industri”, Kompas, 1991.

****Mbah pun cerita panjang lebar. Wah ngantuk gue

“Mbah stop mbah. Trus bagaimana mengatasinya?” tanyaku menimpali ceritanya.

Simbah bilang “Salah satunya, harus dibangun lapisan kelas menengah yang bersatu, kuat dan besar (yg tidak bergantung dari pemerintah) dan bekerja keras untuk menyelamatkan bangsanya dan generasi anak-cucunya. Sayangnya, kebanyakan kelas menengah yg ada sekarang –seperti dibilang Sugeng Sarjadi — masih bersifat noisy but voiceless (sibuk sendiri, hedonis, konsumtif, dan apatis thd kondisi bangsanya).”

Marilah kita membiasakan memberi apresiasi atas setiap niat baik dan kemajuan yang diperoleh seseorang, sekecil apapun kemajuan itu. Kita tidak pernah tahu bahwa barangkali saja kemajuan yang menurut kita kecil itu digapai melalui upaya yang luarbiasa oleh ybs.

Kesombongan kita tidak akan pernah mampu menyodok langit dan menembus bumi. Apalagi jika ingin menandingi Sang Maha Pencipta.

Masih ingat dulu waktu kecil, kalau ada anak kecil yang perform di panggung, dan kualitasnya tidak bagus, penonton bilang “itu anak ngga bisa perform kok berani muncul di panggung, apa ngga malu?”. Ujung-ujungnya, anak tadi jadi malu dan ngga berani tampil di publik lagi.

Anehnya di negara lain, jika ada anak yang tidak bisa perform (atau membuat kesalahan) di panggung, justru penonton tanpa disuruh akan bertepuk tangan dan memberikan dorongan agar si anak berani tampil lebih bagus. Walaupun tidak selalu berhasil, tapi si anak jadi berani tampil lebih baik, dan kemungkinan besar akan berani tampil lagi di kesempatan lain. Isn’t this better?

Tentang relasi teknologi dan seni, sulit untuk memisahkan mereka. Lacks of any make the product unusable.

“Iya mbah,” jawab saya.

Dalam batin aku berkata “waah wah pagi2 dapat pencerahan ni”. Semoga generasi dan semua bangsa ini diberikan petunjuk agar bisa segera melakukan perbaikan. sadar adalah yang terbaik ditengah keterlambatan dan itu lebih baik dibandingkan tidak ada upaya untuk melakukan perbaikan. Semoga kita termasuk menjadi orang-orang yang diberi petunjuk.

Komentar»

1. Qie-Qie Rezeqika - Maret 21, 2012

petuah yg bagus dan bijak untuk kawuLa muda jaman sekarang ;O


Tinggalkan Balasan ke Qie-Qie Rezeqika Batalkan balasan