Mengurai Kemacetan Jakarta November 6, 2012
Posted by agusdd in science.trackback
Bicara tentang kemacetan saya rasa hal basi di Jakarta ini. Persoalannya bukan karena tidak mau menyelesaikan tapi komitmen dan keseriusan pemerintah dan orang-orang yang katanya pintar itu tidak ada. Entahlah kalau Jokowi mau.
Hari ini saya baca berita di kompas dot com, katanya Jokowi mau kasih trobosan baca ini (http://megapolitan.kompas.com/read/2012/11/05/15273342/JokowiKapolda.Metro.Buat.Terobosan.Urai.Kemacetan?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kpopwp). Mudah-mudahan saja bisa dan orang-orang mulai melek. Saya teringat tulisan saya dulu ketika saya jengkel dengan para pejabat dan tokoh senior juga periset yang saya tanya soal kemacetan. Kala itu mereka jawab “Macet itu bukan prioritas kita untuk meneliti” “Macet itu sudah biasa” dll.
Padahal sebagai orang pintar yang harusnya bisa memberikan solusi, ada sesuatu yang bisa mereka sumbangkan untuk Ibukota Indonesia yang kacau balau itu. Karena jengkelnya saya buat tulisan ini dan sepertinya layak untuk ditulis ulang, nanti kapan2 saya tulis lagi ya:
Pilih Mana Untung atau Rugi
Kali ini saya bicara soal efektivitas, efisiensi, kecepatan dan ketepatan. Empat hal yang mudah dan slalu diucapkan oleh pejabat tapi tidak dipraktekkan.
Ini pengamatan gw :
1. Jakarta kota macet.
– Penyebabnya simpel, lampu merah, angkot berhenti dijalan, mobil parkir sembarangan. Tidak efisien dan rugi triliunan bahan bakar.
– Bisa pakai RFID dn sejenis digabungkan dg lampu merah jg. Motor-mobil tidak lagi pakai plat nomor. Pasang transponder pembaca radius 1-3 km. Jadi siapa saja yg bakal lewat dah ketahuan kan siapa. Termasuk kalau pajak kendaraan mati. Pasang perogram, kecepatan dibawah sekian kena tilang. Berhenti sekian detik kena tilang. Beres kan. Dijamin, nggak perlu polisi disetiap lampu merah, terminal dll. Karena semua sudah otomatis.
2. Joroknya air sungai.
Penyebab : air limah rumah tangga main buang aj ke got, pasar-pasar juga.
Solusi : pasang pipa pembuangan disetiap rumah. Kalau pemda nggak mampu, rakyat suruh tanggung sendiri pipanya. Kan cuman 4 meteran. Pemda buat aja saluran pembuangan utama. Alirin ke PAL. Beres. Dijamin sungai bersih.
3. Sampah menggunung dikota-kota, aduh bau.
Penyebab : ada yang buang sampah sembarangan.
Solusi : Gaji tukang sampah dinaikin setaraf eselon II, kasih asuransi, kasih jaminan kesehatan, tukang sampah harus ditest psikologi dan pengetahuan organiknya. Bikin peraturan buang sampah organik dan anorganik ketat. Dijamin bersih malah menghasilkan duit. Wong sampah bekas makan kalau dikumpulkan dari rumah tangga banyak yg seneng, itu kan bs jadi pupuk dan listrik. Dijual malah laku banget. Sampah plastik juga. Jd kenapa ribet. Nanti orang2 lulusan sarjana dijamin malah cita-citanya jadi tukang sampah.
4. Macet pintu tol.
Penyebab : manualnya bayar tol.
Solusi : Bank Mandiri sudah mengenalkan kan. Cukup pasang alat kayak RFID tadi yg nomor 1. Sudah beres, mobil tinggal lewat aja kan, begitu nglewatin kepotong deh saldonya.
5. Ngantri administrasi, ngantri checkin pesawat dll.
Penyebab : masih manual
solusi : pakai RFID aja kayak tadi di nomor satu. Sudah beres. Pasti bisa wong skrng bank2 sudah mengenalkan kartu pra bayar.
6. Rasio masyarakat akses ke bank rendah
penyebab : KTP yang manual nggak ada artinya. eKTP, cuman jadi alat proyekan, padahal ini bisa langsung atas nama negara dibuatkan menjadi account banking POS misalnya atau ya account sendiri tercatat di bank indonesia. Jd masyarakat bisa nabung dan narik atau transfer digital. Pengoperasiannya cukup pakai sms atau e-KTP ini berlaku ke semua Atm dan geratis. Bank Commonwealth aj bisa transaksi ke ATM mana saja geratis, kenapa BI atau Kominfo atau Kantor Pajak tdk bs menjadikan eKTP sbagai account transaksi.
Solusi : e-KTP jadi salat electronic money yg berlaku untuk semua atas nama account yg tercatat di BI misalnya. Jd dg mudah bs melakukan transaksi apa saja.
7. Rasio pajak rendah hanya 13 persen
Penyebab : masyarakat diribetkan dengan hitungan yang njlibet. Pusing.
Solusi : harusnya e-KTP yg digadang-gadang adalah konsep kartu prabayar sama kayak solusi 6. Cukup satu kartu untuk semua. Tinggal programnya aja dibatasi untuk apa-apa, jadi misal keperluan bayar ya readernya nggak perlu baca sidik jari, retina dll. Jadi nggak perlu ada ketakutan masyarakat, e-KTP bakal disalah gunakan. Buat apa coba. ditjen pajak harusnya inisiatif langsung menghitung berdasrkan account based. Jadi masyarakat setiap bulan Maret nggak perlu lagi lapor PPh, krn setiap gajian/transaksi semuanya sudah langsung kepotong. Begitu juga buat yg jualan.
8. Dan masih banyak lagi.
tolong ya, jangan berpikir ribet dan ini nggak bisa, itu nggak bisa. Anda salah, karena semua teknologi ini sudah ada dan sangat aman. Tinggal mau atau tidak.
Lihat dong bank dah makin maju, teknologi dah makin mobile, Google sudah buat mobil berjalan sendiri tanpa sopir, dompet sudah diganti NFC, Departemen Keamanan Amerika sudah buat serat yang bisa menyimpan memori dirinya sendiri, semua benda-benda sudah makin mikro, dll. Jadi jangan berpikir jadul lagi tapi pikir 30 tahun kedepan.
Komentar»
No comments yet — be the first.