Catatan Rasa Sedih Kehilanganmu Selamanya Nak… Januari 7, 2016
Posted by agusdd in science.trackback
Rasa luluhnya hati, kosongnya dunia, ketika seseorang yang kita cintai hilang untuk selmanya. Apapun tidak ada yang bisa menggantikan, setiap hari kita terisak.. Inilah yang terjadi pada keluarga saya.
Assalamualaikum Razan…
Apa kabar, lagi apa nak, mimpi indah ya? Iya ni. Adek bobok panjaaaaang sekali ya. Kalau dihitung pakai waktu bumi nggak tahu berapa lama. Abi sendiri nggak tahu kapan kita bisa ketemu. Yang jelas sejak kepergianmu pada 31 Desember 2015, abi kini menjalani keseharian begitu sepi. Abi tahu ada Umi Cici, abang Rafif, Adek Rein, tapi tetep berbeda sayang… Kami juga sama-sama sedang bersedih dan sedang saling menguatkan diri.
Sayang…. Kami merindukan candaanmu..
Ini tulisan abi bukan apa-apa. Hanya pengingat pada suatu waktu nanti bahwa abi pernah punya adek Razan dan hati abi begitu sangat menyayangi adek. Abi juga tidak ingin lupa begitu manisnya wajah adek, begitu penyayangnya adek pada kami dan begitu lucunya tingkah lakumu. Abi begitu bangga karena oleh Allah SWT dipercaya untuk merawat dirimu selama 4 tahun 9 bulan terhitung sejak kamu lahir 26 Februari 2011, di RS Keramat. Apaka adek tahu bagaimana cerita adek lahir, abi belum sempat menceritakannya. Nanti dilain waktu pas ketemu kita ngobrol-ngobrol cerita ya. Ada yang private eii… Hiii
Abi ada kok videonya. Semoga saja nggak lupa passwordnya karena abi kunci. Biar aman. Nanti bisa ditonton sama umi ya kalau boleh. Kan malu…
Razan. Abi nggak bisa berkata banyak. Sejak kamu tidur, abi bahkan tidak percaya kamu telah pergi mendahului kami. Terus terang abi tidak pernah mendapat kabar kepergianmu karena kita nggak pernah pamitan, dan nggak ada yang memberi kabar ke abi. Ketika sampai rumah abi hanya melihat adek tidur. Raut muka adek bahagia sama seperti tidur biasa. Nggak ada berbeda.
Abi hanya teringat pagi itu, sebelum berangkat kerja dari kamar mandi umi panggil abi.
“Abi jangan lupa ingetin adek uang jajan di meja tv ya”
“Adek dah jalan umi. Oh ya. Adek nggak bawa. Tar abi lihat ya”
Abi keluar dan beruntung masih sempat melihat adek.
“Razan, lho sudah jalan. Lupa apa kata umi kan. Ini uang jajannya ketinggalan” Abi memanggil sambil mengacungkan uang ke arah adek.
“Oh iya, adek lupa…” Sambil tersenyum adek kembali. Mengambil uang 10 ribu yang ada di tangan abi.
Itu terjadi pada hari kamis. Hari ini. Tepat seminggu yang lalu, sebelum kamu pergi untuk selamanya.
Setelah menerima uang, adek berlalu pergi bersama Umi Nana, pengasuh kesayangan adek dan abang. Kalian berdua sudah seperti teman akrab. Kadang-kadang adek dan abang tidak mau tidur di rumah karena abi pulang kemalaman. Beruntung malam itu, adek dengan gaya tidur adek yang lucu, adek tidur di rumah meski sebenarnya abi pulang malam sekali jam 10. Malam itu juga adek temani abi nonton sebentar. Ah, bukan, sebenarnya abi yang temani adek karena adek nggak tidur-tidur. Malah main game. Abi ajak tidur nggak mau, sampai-sampai adek HP jatuh karena saking ngantuknya tapi tetap berusaha bertahan nonton Youtube lihat minecraft. Mungkin adek kesepian ya karena abang lagi di Lampung bersama mbah.. Maaf ya, abi pulang malam. Padahal malam itu abi begitu bahagia sekali karena tahu, besok siangnya kita berempat akan roadshow lagi ke Lampung untuk liburan dan melaksanakan tugas penting menjemput abang Rafif. Tau nggak kalau abang menunggu-nunggu adek lo, dia mau pamerin kalau abang Rafif sudah bisa naik sepedah. Abi juga belum tahu karena yang ngajarin mbah.
Hari itu, setelah adek pergi, abi sama umi berangkat kantor jam setangah 8. Jalanan sepi, jadi meski telat berangkat abi tetap bisa sampaii kantor on time. Seperti biasa abi beraktivitas, hingga telepon dari seorang teman mencari abi. Dalam hati abi berpikir.
“Kenapa ya, tumben abi dicari. Kenapa umi nggak langsung lewat abi”
Abi tetap berpikir positif karena sinyal telepon di kantor memang agak sulit diterima oleh HP abi. Tapi, pasti ada sesuatu yang terjadi entah Bapak Ibu, Mama Papa, atau Abang Adek. Karena nggak biasa umi mencari lewat orang lain ini pasti sesuatu yang penting.
“Nut.. nut” telepon disana nggak ada suara. Tidak ada jawaban.
Abi berinisiatif menelpon balik umi Cici. Dengan harap-harap cemas, karena susah sinyal, abi buru-buru karena sinyal susah. Benar nggak nyambung. Lalu inisiatif pakai fasilitas kantor, oh tidak ada yang angkat. Waktu menunjukkan pukul 10.21. Karena sepertinya penting, abi telepon ke orang rumah pakai HP. Alhamdulillah bisa.
“Abi razan abi..” Terdengar raungan si pengasuh menangis. emmm… pikir abi dalam hati kenapa ya
Pukul 10.23 Abi inisiatif telepon umi untuk menanyakan kenapa? Alhamdulillah tersambung.
“Oh .. Ya Allah…” kata abi dalam hati, terdengar suara menangis diseberang sana. Sama seperti saat menelpon ke pengasuh.
“Abi pulang abi….” Saat itu abi belum bisa berkata-kata. Menangis, itu tidak biasa. Pasti di rumah ada apa-apa dengan Razan. Jatuh kah, kecempur ke empang kah, tertabrak kah…
“Razan anakku sayang kenapa nak.” Dalam hati abi sudah bersedih. Sudah terucap “Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun”
Pukul 10.24 untuk meyakinkan, abi telepon pengasuh, meminta agar telepon diberikan ke orang lain. Tapi nihil. Penjelasan tidak jelas.
“Ok, abi pulang ya umi”..
Dalam perjalanan, abi berpikir berbagai kemungkinan termasuk menyiapkan mental Razan sudah pergi. Tapi abi nggak percaya nak, bagaimana kamu bisa pergi terlebih dahulu. Bagaimana abi harus menghadap di depan jasadmu, bagaimana abi harus memandikanmu, bagaimana abi harus menshalatkanmu, abi belum belajar sama sekali. Abi sudah agak lupa pelajaran waktu SMA dulu. Maaf ya nak, abi harus mewalikannya kepada orang lain.
Satu jam kemudian. Abi hampir sampai rumah. Oh ya, nggak ada apa-apa di jalan, abi agak tenang. Tapi abi menguatkan diri. Begitu hampir sampai ke gang dari kejauhan abi lihat, keramaian. Semakin dekat berjarak kurang dari 100 meter terlihat bendera kuning di gang. Jantung abi hampir meledak dan mungkin berhenti berdetak.
Tak percaya, sedih, marah, semua perasaan campur aduk.
Abi langsung berpikir kesepian dan bagaimana harus pulang untuk mengantarkan jasadmu. Harus dikubur dimanakah? Bagaimana cara abi memberitahu ke Opa Oma, Bapak Ibu dan terutama Abang Rafif yang sedang berlibur. Apakah mereka lebih siap dibanding abi nak. Bagaimana nanti ketika umi melihat Razan sudah berbaring. Kami berdua…”Oh God. Apakah benar ini yang terjadi. Apakah saya sedang bermimpi?”
Semua pertanyaan itu hilang begitu abi sampai di depan pintu rumah pengasuh dan melihatmu berbaris di tengah dikelilingi oleh ibu-ibu para tetangga yang berduka atas kepergianmu. Dari jauh abi melihatmu dan keinginan abi hanya satu. Memelukmu.
Hal lain yang segera harus segera abi putuskan adalah memandikanmu, mengkafani, menshalatkan dan langsung menguburkan jasadmu nak. Abi tidak ingin kamu berlama-lama ikut larut dalam kesedihan kami, karena abi tahu kamu sedang tidur. Anak seumuranmu adalah masa-masa indahnya bermain. Untuk itulah abi tidak banyak melarangmu. Abi selalu mengajakmu jalan, bersenang-senang, bermain dan tentunya sambil belajar.
Nak… abi tidak percaya menghadapi ini. Tapi seminggu yang lalu, itu benar-benar terjadi. Kamu sudah jalan terlebih dahulu, pulang memenuhi panggilan Allah tanpa terlebih dahulu berpamitan dengan kami. Abang sangat merindukanmu nak.
Abi baru menyadari, menjadi anak kecil itu tidak mudah. Begitu banyak kewajiban dan perintah yang harus kamu lakukan. Apakah main-main yang selama ini abi ikutkan ke kamu bisa dinikmati dan membuat kamu senang? Apakah kamu sudah cukup bahagia bersama abi nak? Apakah kamu sakit nak? Apalagi yang belum bisa abi penuhi nak? Apa janji abi sayang? Apakah abi ada salah dengan kamu Razan sehingga Razan pergi terlebih dahulu.
“Tidak….Abi harus kuat, ada dua anak lain yang harus abi bimbing hingga dewasa. Allah masih memberikan tugas lain yang penuh tanggung jawab” ucap hati abi menguatkan.
“Razan akan menjadi malaikat penolongmu di hari akhir nanti”
“Razan akan menjadi pelindungmu ketika diriku harus menerima beban berat siksa di akhirat”
“Razan akan membuat keluarga kami di bumi berkumpul lagi di akhirat nanti”
“Razan…” pertanyaan dan kata-kata untuk menguatkan hati abi berhenti ketika abi menghadapi jasadmu nak. Abi langsung melihat wajahmu yang ditutup kain putih. Abi mengecupmu, memandangimu, menyentuh kulitmu yang mulai dingin.
Abi pun harus menghadapi berbagai keputusan-keputusan yang diambil dalam waktu singkat.
Nak, selamat jalan, selamat tidur.
Kami semua menyayangimu sampai akhir hayat kami.
Doa abi untukmu Razan Bachtiar Yafiq:
اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًا لِوَالِدَيْهِ وَذُخْرًا وَشَفِيعًا مُجَابًا اَللّهُمَّ ثَقِّلْ بِهَا مَوَازِيْنَهُمَا وَأَعْظِمْ بِهِ أُجُورَهُمَا وَأَلْحِقْهُ بِصَالِحِ سَلَفِ اْلمُؤْمِنِينَ وَاجْعَلْهُ فيِ كَفَالَةِ إِبْرَاهِيْمَ وَقِهِ بِرَحْمَتِكَ عَذَابَ جَهَنَّمَ
“Ya Allah, jadikan dia mendahului (yang menunggu) kedua orang tuanya, simpanan dan pemberi syafaat yang dikabulkan. Ya Allah, beratkanlah timbangan pahala keduanya dengan (kematian)nya dan besarkanlah pahala keduanya dengan (kematian)nya. ikutkan dia dengan orang shalih generasi terdahulu orang-orang yang beriman. Jadikanlah dia dalam jaminan Ibrahim. Peliharalah dia dengan rahmat-Mu dari siksa Jahanam.”
terima kasih abi, terima kasih….
sedih…nangis itu adalah bentuk pengakuan kita ke Allah bahwa kita lemah…kita butuh Allah… so…menangis laaa….
Agus dan keluarga semoga senantiasa dalam lindungan dan dinaungi keberkahanNya yaa…
Ya Allah sedih banget bacanya, semoga ALLAH selalu menguatkan hati mba Suci dan mas Agusdd serta Bang Rafif dan Dik Rein.. Aamiin allahumma Aamiin
ALLAH sangat menyayangi Dik Razan, pasti Razan meminta untuk dikumpulkan kelak di taman surgawi bersama keluarga tercintanya..
Ya Allah sedih banget bacanya, semoga ALLAH selalu menguatkan hati mba Suci dan mas Agusdd serta Bang Rafif dan Dik Rein.. Aamiin allahumma Aamiin
ALLAH sangat menyayangi Dik Razan, pasti Razan meminta untuk dikumpulkan kelak di taman surgawi bersama keluarga tercintanya..
Makasih semuanya… makasih untuk doanya.
Bismillah..semoga keluarga diberi ketabahan ..aamiin
Maaf, apa penyebab adek razan meninggal?