jump to navigation

Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding Tetangga Oktober 26, 2011

Posted by agusdd in science.
trackback

Industri pasar saham Indonesia sempat membuai investor dengan posisi imbal hasil (return) yang menggiurkan. Data Bloomberg per 1 Agustus lalu memperlihatkan, peringkat Indonesia pernah berada di posisi puncak untuk wilayah Asia Tenggara dengan nilai return 18,28%, Filipina 12,23%, Thailand 11,27%, sedang Vietnam menawarkan imbal hasil negatif 17,29%. Padahal rata-rata tingkat dunia, untuk bursa-bursa berkelas seperti Shanghai dan Dow Jones masing-masing hanya memberikan return -2,65%, dan 3,77%.

Namun sayang, perekonomian dunia yang diprediksi melambat akibat krisis fiskal di negara-negara Eropa serta belum pulihnya perekonomian Amerika, menyeret bursa global turun ke level yang cukup dalam, Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah salah satu yang termasuk di dalamnya. Bahkan bursa Hongkong, Singapura dan beberapa bursa lain di Eropa, kondisinya sudah melemah sejak bulan April-Mei sebelumnya.

Indeks saham gabungan (IHSG) ikut-ikutan latah krisis pada Agustus-Oktober 2011, karena kegiatan transaksi investor dalam negeri cenderung terbawa oleh sentiment pasar. Akibatnya saham-saham penggerak indeks tak mampu membawa IHSG naik karena tertekan oleh aksi ambil untung. Itu karena pada kondisi krisis banyak investor yang ikut panik kemudian menjual. Banyak investor keluar dari lantai bursa karena menilai sudah berhasil mengoleksi banyak keuntungan setelah posisi indeks sempat menyentuh angka tertinggi dilevel 4193 pada 1 Agustus.

Penurunan IHSG dapat tertahan karena diantara sebagian yang panik, banyak pula pula investor yang memanfaatkan momen tersebut untuk mencari saham-saham berkualitas. Banyak investor percaya bahwa ekonomi Indonesia tidak akan terimbas oleh perlambatan ekonomi dunia.

Buktinya kinerja IHSG yang kuat terlihat dari dua periode kejatuhan indeks, yakni 1-9 Agustus dan 26 September-4 Oktober silam, posisi indeks selalu bolak-balik antara zona positif-negatif. Artinya kondisi ini mencerminkan bahwa pasar saham Indonesia masih lebih baik dibanding bursa-bursa dunia yang sampai pekan kemarin terus berada di zona negatif dengan kisaran penurunan antara 6-18%.

Selama periode krisis itu tidak ada saham yang kebal. Mayoritas saham di BEI ikut rontok begitu bursa global memerah. Krisis episode dua yang terjadi pada bulan September-Oktober adalah yang paling parah dirasakan investor. Indeks harga saham sempat menyentuh titik terendah pada 4 Oktober silam dilevel 3269.

Rekam data BEI memperlihatkan dari total 432 emiten yang diperdagangkan, sebanyak 20 emiten tidak mengalami pergerakan harga, 22 emiten sahamnya naik antara 0,75%-18,52% dan sebanyak 297 emiten mengalami penurunan harga mulai dari 0,54%-64,82%.

Sektor pertambangan dan pertanian adalah yang turun paling dalam, masing-masing 23,5% dan 19,7%. Sedangkan saham emiten dari sektor infrastruktur dan barang konsumsi menjadi penopang pergerakan IHSG.

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: