Jakarta oh Jakarta Juni 23, 2011
Posted by agusdd in science.trackback
Rafi Anakku yang Lucu
Rafi sudah beranjak makin besar. Bulan Agustus nanti, dia genap 2 tahun. Oh lucunya anakku.
Kadang aku berpikir, sungguh rugi orang tua yang lebih mementingkan pekerjaan dan melewatkan masa-masa kanak2 anaknya. Seperti gue ini, terlewat menyaksikannya. Tapi gue tetep bersyukur karena hari sabtu dan minggu masih bisa melihat anak-anak kesayanganku tumbuh besar.
Tapi mau bagaimana lagi, bekerja itu juga hal penting yang harus dilakukan oleh setiap orang dewasa. Bekerja untuk mencari uang, membahagiakan keluarga dan untuk kelangsungan hidup di masa mendatang.
Bekerja ini menjadi seperti dilema. Dilakukan salah, nggak dilakukan salah. Dua pilihan yang sulit.
Bisa si kita bekerja biasa-biasa, tapi hasilnya juga biasa-biasa. Hal yang menjadi tidak biasa adalah ketika lingkungan kerja itu yang membuat kita harus banyak kehilangan waktu. Sungguh merugikan.
Contohnya adalah kerja 8 jam, tapi untuk mencapai pekerjaan itu harus menambah waktu 4 jam. Itulah hidup di Jakarta.
Jadi orang kecil ternyata banyak dirugikan hidup dinegeri ini, salah satunya kehilangan menyaksikan masa kanak-kanakku.
Waktu kerjaku mulai pukul 8.30, cukup siang. Pukul 17.30 sebenarnya dah boleh pulang. Hitungan kerja 9 jam. Alasan klasik yang membuat aku harus kehilangan banyak waktu adalah, menambah waktu perjalanan. Berangkat 2 jam, pulang 2,5 jam. 4,5 jam sendiri di jalanan.
Begitu sampai rumah, anakku dah tidur. Begitu besok mau berangkat anakku juga masih tidur. Wau… Apakah ini namanya kerja keras. Sayangnya adalah, ternyata penghasilanku biasa-biasa saja. Bahkan untuk menghidupi keluargaku tak cukup meski penghasilan itu dah ditambah dengan penghasilan istri. Padahal penghasilan istri bukanlah hak yang boleh kuminta.
Hah, sedih juga merasakan hidup ini. Ingin sebenarnya kutinggalkan semua dan kami hidup di desa yang juga biasa-biasa saja. Mungkin itu lebih baik. Tapi bila melihat masa depan, akan bagaimana nasib anakku bila aku tidak bekerja.
Hidup makin mahal. Penyakit juga makin aneh-aneh. Oh Jakarta, kenapa di ulang tahunmu yg ke 484 ini kau tetap saja busuk. Ck ck ck…..
Komentar»
No comments yet — be the first.