jump to navigation

Trimakasih Istriku Desember 31, 2009

Posted by agusdd in science.
trackback

Tulisan ini mungkin sedikit panjang, ya karena memang kupersembahkan untuk istriku tersayang sebagai ungkapan cinta dan kasih. Soalnya, sudah lama kami tidak berromantis-romantisan lagi. Terakhir kali kapan ya? aku juga lupa ni kapan terakhir kali berromantis ria. Any way, ya rasa romantis memang tetap harus dijaga kapan pun itu meski kami tidak lagi pacaran.

Sebenarnya kisah ini ingin kutulis saat hari ibu kemarin, tanggal 22 Desember 2009. Tapi ya begitu deh, karena kesibukan ini itu, akhirnya tidak bisa nulis juga. hee…. ( ini pun ceritanya tulisan dibuat berseri. makan waktu beberapa hari bo’ soalnya kadang mood kadang jg g. :* )

Pertama yang ingin kuungkapkan, menjadi seorang istri itu ternyata lebih berat ya dibanding seorang suami. Istri itu serba direpotkan baik itu oleh sang anak maupun sang suami.

Contoh ini bisa terbayang ketika kami dulu pas awal-awal habis menikah. Rumah belum ada, penghasilan pas-pasan, dan kami belum punya apa-apa. Rasanya memang sulit untuk memenuhi jiwa muda kami yang penuh hasrat.

Tanggal 22 Desember memang hari istimewa dan sangat bersejarah buat kami. Kami berdua sedang senang-senangnya waktu itu karena berhasil menuju ke pelaminan. Dulu tidak pernah terbayang, seperti apa si orang menikah. hee….

( Tapi ngomong-ngomong masalah pengantin baru, agak canggung ya saat kita tidur kemudian ada teman disebelah kita, tapi lama-lama kebiasa kok. dijamin deh, malah ketagihan wakakakak……eit, tp lg g bahas itu tu. haa…).

Nah cerita singkatnya, hari-hari berjalan, dari situ kemudian saya ikut merasakan beratnya menjadi istri. Disamping harus memperhatikan suasana kerapihan rumah, seorang istri itu ternyata juga harus memenuhi kebutuhan seorang suami. Mencuci baju, strika, memasak, berbelanja, membersihkan rumah, dan berbagai macam kegiatan lain ditengah pekerjaanya yang juga ikut membantu mencari nafkah terus dilakoni. Seorang istri juga ia harus tetap bisa tersenyum saat melihat suaminya pulang bekerja. Padahal saya tahu, sore hari adalah waktu berat bagi sang istri karena juga baru pulang kerja. Tapi itulah rutinitas yang biasa saya saksikan.

( beda ama saat pas pacaran dl, beda banget…)

Lebih lebih ditengah kerepotannya itu, ia tetap harus bisa tersenyum dan membahagiakan suami. Ini pekerjaan berat bo, apalagi kalau pas jutek, sumpah deh !!!.

Padahal namanya juga suami, ditengah-tengah kerjaan yang ribet dan tidak ringan itu kadang suami sangat cuek jadi tidak perhatiin istrinya. Istri pun pekerjaan rumahnya yang seharusnya dipuji, dihargai kadang jadi terlupaan. So, benar deh, kalau istri itu adalah sarangnya pahala. Asal ikhlas, apapun pekerjaan istri, semuanya jadi pahala. Bahkan pernah tu denger hadis yang kalau tidak salah, setiap tetes keringat yang dikeluarkan istri untuk mengurus suami dan keluarganya itu akan menghapuskan dosanya.

—- isnylah abi g lupa y sayang memujimu, kalau sampai ada yang terlupa maaf ya —-

Hal kedua yang menunjukkan beban istri itu sangat berat adalah saat mengandung. Disini masa kehidupan istri yang segera menjadi ibu itu sepertinya memang serba berubah. Makan tak enak, tidur tak nyenyak, badan cepat lelah, tapi masih juga harus diganggu suami. Apalagi saat menginjak bulan ke tiga, empat dan lima, istriku mual hebat. Sedih rasanya ketika tak ada asupan gizi yang masuk ke tubuh istri.

Semakin beratnya masa mengandung ini terutama dirasa saat bulan-bulan terakhir. Istriku semakin serba salah saat tidur. Aku sendiri kadang juga tidak bisa tidur, terganggu tapi bukan karena istriku yang mengganggu, tidak tahu kenapa, bawaan anak mau lahir kali ya. he….

Ketiga, rasa berat yang ditanggung seorang istri itu adalah pada saat melahirkan. Saat itu aku mendampinginya. Satu malam satu hari, rintihan demi rintihan yang ditahannya membuat aku miris dan merasakan kesakitan itu. Antara tega dan tidak tega, ikhlas dan tidak ikhlas. Berat dan tidak berat. Hatiku mengandai2, antara dua pilihan. Kalau memang harus disuruh memilih mana yang kupilih. Alhamdulillah, semuanya lancar.

— Wajar kalau proses ibu melahirkan itu memang disebut masa jihad. Subhanallah, benar-benar menakjubkan dan tidak dikira anakku lahir dari sana —

Keempat, setelah lahir ternyata mengurus anak itu tidak gampang ya, terutama dihari-hari ini. Anakku sakit. Hari malam untuk tidur, tidak bisa dipakainya untuk istirahat. Hari siang untuknya bekerja, tetap juga tidak bisa dimanfaatkannya. Anak selalu menggantung pada sang ibu. Aku coba menggantikan, tapi masa itu tidak bisa lama. Seorang anak tetap memilih sang ibu.

Keempat hal itu baru menjadi sebagian dari banyak hal yang tidak bisa kuceritakan satu persatu. Perjuangan seorang istri dari pagi hingga pagi lagi, dari tidur hingga tidur lagi sungguhlah sangat berat. Istri benar-benar menjadi pendamping suami yang tidak bisa tergantikan oleh siapapun. Pekerjaan istriku pun tidak bisa dihargai dalam bentuk uang.

Abi sayang Umi, Abi hanya untuk Umi.

Maaf sayang, abi hanya bisa mengucapkan terimakasih, belum bisa memberi lebih.

Selamat menjadi Ibu, tetaplah menjadi istriku.
Salim

Komentar»

1. suci - Desember 31, 2009

Oww…..so romantic dear..makasi ya sayang atas kadonya..tapi mang abi sering lupa sih..tapi mi malas juga ingatin kan lumayan nambah pahala hahahah…slamat hari ayah juga ya di tahun baru ini..(lah kok bisa)

2. Anonim - Juni 1, 2010

Istri ( Perempuan ) adalah termasuk tiang Negara, bila istri atau para perempuan tidak baik maka tunggulah kehancuran negara,,,Hormatilah istri, sayangilah istri, hargailah istri, cintailah istri atau perempuan,, bayangkan kalao didunia tak ada perempuan, .., bagaimana Rosul ketika memperlakukan istri-istrinya dengan bijaksana dan arif.. tak ada pertengkaran, tak ada keributan selamanya ( rukun ) ….alkisah, ketika rosul pulang bekerja sesampainya dirumah istri tercita Aisyah Ra membuatkan secangkir kopi lalu rosul meminumnya namun tak langsung menelannya ( di kulum agak lama ),,sang istri ( maaf kalau salah bila bilang ” sang ” ) tersenyum dan bertanya,, ya Rosul nikmatkah kopi ini sampai lama di kulum, rosul menjawab betapa nikmatnya kopi buatan mu ya humairah, lalu Aisyah ra mencoba mencicipinya,, alangkah terkejutnya ternyata kopi yang dibuatkan untuk Rosul itu ternyata asin,, akhirnya meminta maaf dan rosul pun memaafkannya,,,
Bagaimana dengan abi ketika istri membuatkan makanan gak enak… mudah-mudahan gak marah…


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: