jump to navigation

Renungan kematian April 27, 2008

Posted by agusdd in lintas milis, perenungan.
trackback

dalam cerita yang tidak jelas kebenarannya, ada diberitakan seperti ini. rasanya mirip memang prilaku manusia. tapi apa benar itu terjadi. hmmm, medning baca ini deh tentang renungan kematian. oleh abuluthfia Wed, 20 Dec 2006 23:25:51 -0800

<!–
google_ad_client = “pub-7266757337600734”;
google_hints = “daarut-tauhiid, Mengenal Kematian”;
google_alternate_ad_url = “http://www.mail-archive.com/blank.png&#8221;;
google_ad_width = 336;
google_ad_height = 280;
google_ad_format = “336x280_as”;
google_ad_type = “text_image”;
google_ad_channel = “5629109116+6771450170+2275486144”;
google_color_border = “FFFFFF”;
google_color_bg = “FFFFFF”;
google_color_link = “006792”;
google_color_url = “006792”;
google_color_text = “000000”;
//–>

Mengenal Kematian
from : www.jkmhal.com 

Ketahuilah wahai penguasa dunia, bahwa manusia itu terdiri dari dua
golongan: satu golongan yang memandang perkara dunia dan berangan-
angan memiliki umur panjang. Golongan kedua adalah golongan orang-
orang berakal yang menjadikan kematian sebagai cermin untuk melihat
kemana tempat mereka kembali, bagaimana keluar dari dunia dengan
keimanan yang tetap selamat. Mereka juga memikirkan apa yang akan
mereka bawa dari dunia untuk bekal alam kubur mereka. Mereka juga
memikirkan apa yang akan mereka tinggalkan untuk musuh-musuh mereka
bencana dan siksaan.

Pemikiran ini wajib dimiliki oleh manusia, lebih-lebih lagi bagi
para penguasa dan pemilik dunia, karena mereka paling banyak membuat
cemas hati manusia. Mereka memberikan budak-budak mereka kepada
orang lain dengan cara yang jahat. Mereka membuat khawatir manusia
dan membuat takut hati manusia. Sesungguhnya disisi Allah SWT
terdapat seorang pengawal yang namanya Izra'il. Tidak ada tempat
sembunyi bagi siapapun bagi kedatangannya. Semua pembantu kerajaan
meminta upah berupa emas, perak, dan makanan, sedangkan pembantu
yang ini (Izra'il) tidak meminta upah kecuali nyawa. Semua wakil
Sultan memerlukan syafaat, sedangkan wakil ini (Izra'il) tidak
memerlukan syafaat. Semua wakil suka menangguh-nangguhkan tugasnya
mungkin sehari, semalam, atau sejam, sedangkan wakil ini tidak
pernah menangguhkan tugasnya satu hembusan nafaspun. Keajaibannya
sangat banyak. Tetapi kami hanya akan menguraikan lima hikayat:

Hikayat Pertama:
Diriwayatkan oleh Wahab bin Munabbih. Dia adalah seorang pendeta
Yahudi yang kemudian masuk Islam. Diceritakan bahwa pada suatu hari
seorang raja yang agung ingin berkuda ke seluruh pelosok kerajaannya
agar masyarakat melihat kehebatan dan keindahannya. Raja itu
memerintahkan para pejabat, pengawal dan pembesar kerajaan untuk
menyiapkan tunggangan agar masyarakat melihat kekuasaannya. Dia juga
menyuruh mereka untuk menyediakan pakaian kebesarannya. Dia
memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan kuda pilihan yang kuat.
Dia memilih kuda yang tercepat larinya, yang diberi nama as-Sabak.
Dia memacu kuda itu didepan pasukan. Dia merasa bangga dengan
kehebatan dan kekuasaannya.

Datanglah Iblis. Iblis meletakkan mulutnya pada telinganya dan
meniupkan perasaan sombong pada raja itu. Maka berkatalah raja
itu, "Siapa yang dapat menyamaiku didunia ini?"

Dia memacu kudanya dengan sombong dan merasa bangga dengan kudanya
itu. Dia tidak melihat kepada seorangpun karena perasaan hebat dan
sombongnya, serta perasaan ujub dan bangganya. Tiba-tiba
dihadapannya berdiri seorang laki-laki yang berpakaian compang
camping. Orang itu memberi salam kepada sang raja, tetapi raja itu
tidak membalas salamnya. Orang itu kemudian memegang tali kekang
kuda sang raja. Kemudian raja itu berkata: "Lepaskan tanganmu dari
tali kekang kuda ini. Engkau tidak tahu tali kekang kuda siapa yang
engkau pegang!" Orang itu berkata, "Aku mempunyai keperluan
denganmu".
Raja berkata, "Sabarlah, tunggu aku turun".
Orang itu berkata, "Keperluanku adalah saat ini juga, bukan saat
engkau turun dari kudamu".
Raja berkata, "Katakan, apa keperluannya!"
Orang itu berkata, "Ini rahasia. Aku tidak akan mengatakannya
kecuali ke telingamu".
Raja menyodorkan telinganya kepada orang itu. Orang itu
berkata, "Aku Malaikat Maut. Aku hendak mencabut nyawamu".
Raja berkata, "Tangguhkanlah sampai aku pulang ke rumahku,
berpamitan kepada anak istriku".
Orang itu berkata, "Tidak, engkau tidak akan melihat mereka lagi
untuk selamanya karena jatah umurmu sudah habis".
Maka, Malaikat Maut pun mengambil nyawanya. Pada waktu itu sang raja
sedang duduk diatas kuda kebanggaannya".
Malaikat Maut pergi dari sana, kemudian mendatangi seorang laki-laki
soleh yang diridhai Allah. Malaikat mengucapkan salam. Laki-laki itu
membalas salamnya. Malaikat berkata, "Aku mempunyai keperluan
denganmu dan ini rahasia."
Laki-laki salih itu berkata, "Katakanlah keperluanmu di telingaku".
Malaikat berkata, "Aku adalah Malaikat Maut".
Laki-laki itu berkata, "Selamat datang, segala puji bagi Allah atas
kedatanganmu karena sesungguhnya aku banyak mendekatkan diri untuk
menyambut kedatanganmu. Aku merasa terlalu lama menunggumu. Aku
sangat merindukan kedatanganmu".
Malaikat berkata, "Jika engkau mempunyai urusan selesaikanlah
dahulu".
Laki-laki itu berkata, "Tidak ada urusan yang lebih penting daripada
saat bertemu dengan Rabbku Azza wa Jalla".
Malaikat berkata, "Cara seperti apa yang engkau sukai ketika aku
mencabut nyawamu? Aku diperintahkan mencabut nyawamu dengan cara
yang engkau pilih dan engkau inginkan".
Laki-laki itu berkata, "Ijinkanlah aku mengambil air wudhu dan
melaksanakan shalat. Ketika aku sujud, cabutlah nyawaku. Maka,
Mlaikat Maut melakukan permintaan orang itu dan mengirimnya kepada
rahmat Allah Jalla wa `Ala".

Hikayat Kedua:
Ada seorang raja yang memiliki banyak harta. Dia telah mengumpulkan
banyak harta, dari berbagai macam harta benda yang telah Allah
ciptakan, untuk menghibur dirinya. Dia berusaha untuk memakan apa
yang telah dikumpulkannya itu. Dia kumpulkan kenikmatan-kenikmatan
yang banyak, membangun istana yang tinggi dan megah yang layak bagi
para raja, para pembesar, para tokoh, dan orang-orang yang agung.
Dia membuat dua pintu gerbang yang dijaga oleh para pengawal yang
seram, para penjaga, tentara, dan penjaga pintu sebagaimana yang ia
inginkan.

Pada suatu hari, ia memerintahkan bawahannya untuk memasak makanan
yang lezat-lezat dan mengumpulkan para pembesar kerajaan, aparat
kerajaan, sahabatnya, dan para pelayannya. Mereka diundang untuk
makan-makan dengannya. Dia duduk diatas singgasana sambil bertelekan
diatas bantalnya. Kemudian dia berkata, "Wahai orang-orang yang
hadir disini, aku telah mengumpulkan semua kenikmatan dunia dan
isinya. Oleh karena itu, aku persembahkan buat kalian dan silakan
reguk kenikmatan ini sebagai ucapan selamat atas umur yang panjang
dan harta yang banyak".

Belum habis ucapan raja itu, tiba-tiba datang seorang laki-laki dari
belakang istana dengan pakaian compang-camping. Di pundaknya
tergantung keranjang makanan seperti orang yang akan meminta-minta
makanan. Dia mengetuk pintu dengan ketukan yang sangat keras dan
menakutkan sehingga istana itu bergetar dan gonjang-ganjing. Para
penjaga ketakutan dan lari kearah pintu gerbang dan berkata, "Hai
orang miskin, engkau sungguh-sungguh tidak punya sopan santun.
Sabarlah sampai kami menghabiskan makanan yang lezat ini".
Orang itu berkata kepada mereka, "Katakan kepada rajamu untuk keluar
menemuiku karena aku mempunyai urusan yang sangat penting dan
mendesak".
Para pengawal berkata, "Menyingkirlah wahai orang miskin! Memangnya
siapa dirimu hingga berani menyuruh rajaku keluar menemuimu!"
Orang itu berkata, "Beritahukan kepada rajamu apa yang aku katakana".
Ketika mereka memberitahukannya kepada raja, maka raja
berkata, "Mengapa kalian tidak mengusir orang itu. Marahi dan hardik
dia!"
Tiba-tiba pintu gerbang diketuk lebih keras lagi dari ketukan yang
pertama. Maka mereka semua berdiri sambil memegang tongkat dan
senjata dengan maksud memerangi orang itu. Terdengarlah
suara, "Tetaplah di tempat kalian!  Aku adalah Malaikat Maut".
Maka merekapun menggigil dan tidak jadi bergerak. Hati mereka
menjadi ciut. Pikiran mereka menjadi kacau. Raja itu pun
berkata, "Katakan kepadanya, ambillah apa saja sebagai gantiku".
Malaikat berkata, "Aku tidak mengambil apa-apa selain engkau.
Tidaklah aku datang kecuali untuk menemuimu. Aku akan memisahkanmu
dari segala kenikmatan ini".
Raja itu berkata, "Laknat Allah bagi harta benda ini yang telah
menipuku dan membuatku celaka, serta telah menghalangiku untuk
beribadah kepada Tuhanku. Dulu aku menyangka bahwa harta benda akan
bermanfaat bagiku. Hari ini adalah hari penyesalan dan hari bencana
buatku. Aku telah keluar mengulurkan kedua tanganku kepadanya
(menyambut dengan gembira) tetapi dia malah menjadi musuhku".

Kemudian Allah membuat harta itu dapat bicara, dan harta benda itu
berkata, "Mengapa engkau melaknati aku? Laknatilah dirimu sendiri.
Karena sesungguhnya Allah menciptakan aku dan juga dirimu dari
tanah.  Allah menjadikan aku berada di tanganmu untuk menjadi bekal
akhiratmu, memberikan aku kepada orang-orang miskin, memberikan
zakat kepada orang-orang yang lemah, membangun jembatan, masjid,
jalan, dan sebagainya. Jika demikian maka aku akan menjadi
penolongmu pada Hari Kiamat. Sedangkan engkau mengumpulkan aku,
menyimpanku, dan membelanjakan aku untuk mengikuti hawa nafsumu,
engkau tidak bersyukur malah berkufur. Maka hari ini aku akan
menjadi musuhmu, dan engkau akan menyesal serta menderita. Lalu
mengapa engkau melaknati aku?"

Kemudian Malaikat Maut mencabut nyawa raja itu sebelum dia sempat
memakan makanannya. Dia terjatuh dari singgasananya dan mati.

Dan banyak lagi hikayat-hikayat yang lainnya, yang Anda bisa baca di
buku ini "ETIKA BERKUASA: Nasihat-nasihat Imam Al-Ghazali - Karya
Imam Al-Ghazali.

Hikayat Ketiga:
Yazid ar-Ruqasyi bertutur sebagai berikut:
Pada masa Bani Israil ada seorang penguasa. Pada suatu hari ia duduk
disinggasananya. Tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki masuk
melalui pintu rumahnya. Orang itu bertampang keji dan berbadan
besar. Penguasa itu sangat ketakutan. Dia khawatir laki-laki itu
akan menyerangnya. Wajahnya pucat pasi dan berkata, "Siapakah
engkau? Siapa yang telah menyuruhmu masuk kerumahku."

Laki-laki itu berkata, "Pemilik rumah ini yang menyuruhku kesini.
Tidak ada dinding yang dapat menghalangiku. Aku tidak memerlukan
izin untuk masuk kemanapun. Aku tidak takut oleh kekuasaan para
sultan. Aku tidak merasa takut oleh penguasa. Tidak ada seorangpun
yang dapat lari dari jangkauanku."

Ketika mendengar perkataan orang itu, wajahnya menjadi pucat pasi
dan badannya menggigil, dan ia berkata, "Apakah engkau Malaikat
Maut?"

Orang itu menjawab, "Benar."

Penguasa berkata, "Aku bersumpah demi Allah, berilah aku penangguhan
satu hari saja agar aku dapat bertobat dari segala dosaku. Aku akan
memohon keringanan dari Tuhanku. Aku akan mengimfaqkan harta benda
yang aku miliki dan aku simpan hingga tidak terbebani oleh azab
akibat harta itu, diakhirat kelak."

Malaikat berkata, "Bagaimana aku dapat menangguhkan padahal umurmu
sudah habis, dan waktu sudah ditetapkan secara tertulis."

Penguasa itu berkata, "Tangguhkanlah sesaat saja."
Malaikat berkata, "Sesungguhnya jangka waktu itu telah diberikan
tetapi engkau lalai dan menyia-nyiakannya. Jatah nafasmu sudah
habis, tidak tersisa satu nafaspun untukmu."

Dia berkata, "Siapa yang akan menyertaiku jika engkau membawaku
keliang kubur?"
Malaikat berkata, "Tidak ada yang menyertaimu kecuali amalmu."

Dia berkata, "Aku tidak mempunyai amal kebaikan."
Malaikat berkata, "Jika demikian, neraka dan murka Tuhan adalah
tempat yang layak untukmu."

Kemudian Malaikat Maut mencabut nyawanya sehingga dia terjatuh dari
singgasananya. Terjadilah kegaduhan diseluruh kerajaan. Jika orang-
orang mengetahui apa yang terjadi pada penguasa itu, yaitu murka
Allah, p[astilah tangisnya dan ratapan mereka akan lebih keras lagi.

Hikayat Keempat:
Diceritakan bahwa Malaikat Maut menemui Nabi Sulaiman bin Daud as.
Malaikat Maut melihat dengan tajam dalam waktu yang lama kepada
salah seorang pembantu Nabi Sulaiman. Ketika Malaikat Maut keluar,
laki-laki itu bertanya, "Wahai Nabi Allah, siapakah orang yang masuk
tadi?"

Nabi Sulaman menjawab, "Malaikat Maut".
Laki-laki itu berkata, "Aku takut Malaikat maut hendak mencabut
nyawaku. Oleh karena itu aku akan menghindar darinya."

Nabi Sulaiman berkata, "Bagaimana caramu menghindar darinya?"

Laki-laki itu menjawab, "Suruhlah angin membawaku ke negeri India
saat ini juga. Mudah-mudahan Malaikat Maut terkecoh dan tidak dapat
menemukanku."

Nabi Sulaiman menyuruh angin untuk membawa laki-laki itu ke tempat
yang dituju. Mlaikat Maut kembali dan menemui Nabi Sulaiman.
Kemudian Nabi Sulaiman bertanya kepada Malaikat Maut, "Mengapa
engkau melihat kepada laki-laki itu lama sekali?"

Malaikat Maut berkata, "Aku sungguh merasa heran terhadapnya. Aku
diperintahkan untuk mencabut nyawanya di negeri India padahal negeri
itu sangat jauh. Tetapi ternyata angin telah membawanya ke sana.
Itulah takdir Allah SWT.

Hikayat Kelima:
Diriwayatkan bahwa Dzul Qarnain melewati sebuah kaum yang tidak
memiliki harta dunia sedikitpun. Mereka membuat kuburan bagi
keluarga mereka yang telah mati di depan pintu rumah mereka. Setiap
hari mereka mengamati kuburan itu, membersihkan, menyapu,
menziarahinya dan beribadah kepada Allah di sekat kuburan itu.
Mereka tidak makan kecuali rerumputan dan berbagai tanaman lain.
Kemudian Dzul Qarnain mengutus seorang laki-laki. Utusan itu
kemudian memanggil raja kaum itu tapi dia tidak memenuhi panggilan
utusan itu, dan berkata, "Aku tak punya keperluan kepadanya, tidak
juga dia kepadaku."

Maka kemudian Dzul Qarnain mendatangi kaum tersebut dan
berkata, "Bagaimana keadaan kalian? Mengapa aku tidak melihat emas
atau perak yang kalian miliki. Dan mengapa aku juga tidak melihat
nikmat dunia yang kalian miliki?" Pemimpin mereka menjawab, "Karena
nikmat dunia tidak pernah membuat kenyang seorang manusia pun."

Bertanya kembali Dzul Qarnain, "Mengapa kalian membuat kuburan di
depan rumah kalian?"

Dia menjawab, "Agar langsung terlihat oleh mata kami, sehingga akan
mempengaruhi ingatan kami akan kematian, dan mendinginkan hasrat
pada dunia dalam hati kami. Tujuan itu agar kami tidak disibukkan
oleh dunia dan melupakan Tuhan kami."

Dzul Qarnain bertanya kembali, "Dan mengapa kalian hanya memakan
rerumputan dan tanaman?" Dia menjawab, "Karena kami benci menjadikan
perut-perut kami sebagai kuburan bagi hewan-hewan. Dan bagaimana pun
lezatnya suatu makanan, tetap akan hancur."

Pimpinan kaum itu menjulurkan tangannya ke dalam lubang dan
mengeluarkan satu buah tengkorak kepala manusia kemudian meletakkan
tengkorak itu didepannya dan berkata, "Wahai Dzul Qarnain, apakah
engkau tahu, siapa pemilik tengkorak ini? Ini adalah tengkorak
seorang raja didunia yang telah menzhalimi rakyatnya, bersikap
melampaui batas kepada mereka dan suka menyiksa orang-orang lemah,
serta menghabiskan seluruh waktunya untuk mengumpulkan dunia. Maka
Allah mencabut nyawanya dan menjadikan neraka sebagai tempat kembali
untuknya."

Kemudian pemimpin kaum itu menjulurkan kembali tangannya dan
mengambil sebuah tengkorak kepala yang lain dan meletakkan
didepannya. Dia bertanya, "Apakah engkau tahu siapa pemilik
tengkorak ini? Sesungguhnya kepala ini milik seorang raja yang adil.
Dia mengasihi rakyatnya dan menyukai seluruh anggota kerajaannya,
kemudian Allah mencabut nyawanya dan memasukkannya kedalam surga
serta meninggikan derajatnya."  

Setelah itu, pemimpin kaum itu meletakkan tangannya diatas kepala
Dzul Qarnain dan berkata, "Termasuk golongan manakah kepalamu ini?
Dzul Qarnain menangis tersedu-sedu sambil menundukkan kepalanya dan
berkata, "Jika engkau mau menjadi sahabatku, akan aku serahkan sawah
dan ladangku kepadamu dan memberikan sebagian kerajaan kepadamu."
Laki-laki itu menjawab, "Tidak mungkin, aku tidak menyukainya." Dzul
Qarnain bertanya, "Mengapa demikian?"  Dia menjawab, "Karena seluruh
manusia akan menjadi musuhmu karena harta dan kekuasaan. Sebaliknya,
mereka akan menjadi saudaramu akibat perasaan qanaah dan
kemiskinanmu. Maka Allah akan bersamamu."

Oleh karena itu sekarang engkau harus mengetahui hikayat-hikayat
kematian tersebut dan meyakini keberadaannya.

Ketahuilah, bahwa orang-orang yang lalai dan tertipu tidak suka
mendengarkan cerita-cerita tentang kematian karena mereka tidak
ingin kehilangan perasaan cinta dunia dan kelezatan makanan dan
minuman mereka . Terdapat sebuah riwayat yang menyatakan bahwa orang
yang banyak mengingat mati dan gelapnya liang lahat, maka kuburnya
seperti salah satu taman dari taman-taman surga. Sedangkan orang
yang melupakan kematian dan lalai dari mengingatnya, maka kuburnya
seperti salah satu jurang dari jurang-jurang neraka.

Pada suatu haru Rasulullah sedang membahas pahala orang-orang yang
mati syahid dan orang-orang yang berbahagia, yaitu orang-orang yang
terbunuh dalam medan perang melawan orang-orang kafir. Kemudian
Aisyah berkata, "Wahai Rasulullah, apakah pahala mati syahid akan
diperoleh oleh orang-orang yang tidak mati syahid?"  Rasulullah SAW
bersabda, "Siapa saja yang mengingat kematian dua puluh kali setiap
hari, maka paha dan derajatnya sama dengan orang-orang yang mati
syahid."

Rasulullah SAW bersabda, "Perbanyaklah mengingat mati karena hal itu
akan menghapus dosa dan menghilangkan perasaan cinta dunia dalam
hatimu."

Rasulullah SAW pernah ditanya, "Siapakah manusia yang paling berakal
dan paling bijaksana?"

Rasulullah SAW menjawab, "Orang yang paling berakal adalah orang
yang paling banyak mengingat kematian. Sementara orang yang paling
bijaksana adalah orang yang paling baik persiapannya. Dia akan
mendapat kemuliaan di dunia dan akhirat."

Siapa saja yang mengenal dunia sebagaimana yang telah kami uraikan
dan senantiasa mengingat kematian dalam hatinya, amka urusan
dunianya akan menjadi mudah. Hal itu juga akan menguatkan fondasi
keimanannya, menumbuhkan dan menambahkan keimanan dalam hatinya,
serta menumbuhkan cabang pohon keimanan yang ada padanya. Dia akan
menemui Allah dengan keimanan yang kokoh. Allah Yang Maha Sempurna
Kekuasaan-Nya dan Maha Tinggi Perkataan-Nya, akan menerangi
pandangan para penguasa dunia sehingga ia akan melihat hakikat
segal;a sesuatu, bersungguh-sungguh dalam menggapai kehidupan
akhirat, dan berbuat baik kepada hamba-hamba Allah serta makhluk-Nya.

Sesungguhnya ditengah-tengah makhluk terdapat berjuta-juta rakyat
jika diperlakukan dengan adil maka mereka akan memberikan syafaat.
Siapa saja dari kalangan orang-orang yang beriman, yang mendapatkan
syafaat dari seluruh makhluk, maka pada Hari Kiamat dia akan selamat
dari azab. Tetapi, jika dia menzalimi mereka, maka mereka semua akan
memusuhinya. Urusannya akan hancur berantakkan. Jika pemberi syafaat
menjadi musuhnya, maka urusannya akan menjadi tidak menentu.[*]

die *ETIKA BERKUASA: Nasihat-nasihat Imam Al-Ghazali*
Karya Imam Al-Ghazali

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: