jump to navigation

Jalan Jakarta Jadi Parkir Umum Bukan Sekedar Mimpi Maret 30, 2008

Posted by agusdd in lihat sekelilingku.
trackback

Hari2 kujalani selama satu stngh tahun ini di Jakarta bekerja sebagai reporter. Reporter ini adalah istilah keren wartawan yang dianggap negatif karena adanya wartawan bodrek (peminta2 uang). Ya, maklumlah, ingris2 dikit gt.

Tapi bener, ketika menjadi wartawan nama itu g bergengsi. Kurasa bahwa wartawan bukan pekerjaan yang pantas untuk laki2. Hmmm walau sebenernya asik juga si jadi wartawan. Aku kini mulai menikmatinya. Tapi kurasa, aku lebih suka jika disebut penulis. Itu lebih keren.

Terus terang aku senang menjalaninya. Waktuku bisa bebas ku atur sendiri, dan setiap hari ku bertemu dengan petinggi2 bangsa ini. Yah, mereka yang ku maksud adalah orang yang berperanan penting dalam pembangunan dan sirkulasi seperti apa negara ini dibentuk. Itulah untungnya wartawan. Mewakili media masa atau media elektroniknya, seorang wartawan sebenarnya mewakili puluhan hingga ribuan orang. Mereka ini adalah perwakilan seberapa banyak orang yang membaca media tersebut. Semakin besar medianya, maka semakin besar pengaruhnya. Tetapi ada juga yang meski sedikit namun memiliki pengaruh yang besar. Mereka ini adalah jenis media yang berkualitas dan mengkaji sebuah permaslahan secara mendalam. Jadi bukan hanya memberitakan, tetapi lebih cenderung seperti mereview. Orang2 inilah yang lebih pantas disebut sebagai penulis. Nah kalo aku masuk yang ini ni.hee…..

Ada pengalaman yang tidak akan pernah kulupakan selama menjadi wartawan. Ternyata apa yang kulihat selama ini, kutemui dan kudengar setiap hari adalah sebuah berita buruk. Meski tidak semua, namun pencerminan ini terlihat dari ketatanegaraan yang tidak sempurna. Ibu Kota Jakarta adalah pencerminan tersebut.

Dikota besar ini apa yang kulihat bukanlah sebuah kenyamanan hidup. Jakarta adalah lapangan terbuka dan juga sekaligus pemandian umum. Lihat saja, panas dan sungai menjadi comberan. Miripkan……

Dulu Jakarta yang kubanggakan kemegahan dan kesenangannya, waktu itu aku blm pernah ke Jakarta lo ya sekitar lima tahun yang lalu….., sebagai Ibu Kota negaraku, kini telah berubah. Aku tidak tahu apa penyebabnya akan tetapi Jakarta tidak lagi membuatku nyaman.

Saat ini aku merasakannya.

Macet, panas, gerah, jorok, kotor dan banjir adalah pemandangan biasa. Jakarta adalah kota kumuh. Jakarta juga menjadi kota tak beradab. Jakarta adalah kota tak berkemanusiaan. Jakarta adalah kota tempat penyiksaan. Jakarta bukan tempat untuk tinggal. Tapi Jakarta adalah tempat bertempur.

Seraya aku ingin sekali menangis. Tak pernah yang kulihat seperti ini. Oang tua duduk dengan kaki patah. Menghitam dan membiru. Tragis, tak mampu ku lukiskan. Aku pun menemui banyak hal yg membuat hatiku miris. Daku, jangan sampai orangtua, kakek dan saudara2ku ada yang seperti itu. Aku ingin membantunya. Tp…….. 😦

Tidak semua. Keyakinan ini muncul bahwa di Jakarta masih ada hati. Sebuah hati orang Indonesia yang baik dan suci. Aku melihat itu dan sudah sering ku saksikan.

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: