Nomor Induk Digital Januari 22, 2008
Posted by agusdd in lihat sekelilingku.trackback
Hari ini aku abis ke Kementerian Aparatur Negara. Kunjungan yang secara tidak langsung membuat diriku tersentak sebagai warga negara. Aneh ya? Kenapa kok bisa? Hmmm
ceritanya begini, tau g, negara kita sudah 60 tahun berdiri tapi belum punya aturan tegas. masih tumpang tindih gt. Weleh2….
Tapi aku bukan mau menyikapi masalah aturan, krn obrolan lima menit apa sih yang bisa ditarik kesimpulan. Terlalu sempit jika disimpulkan, hanya saja memng ada benarnya. Pada intinya adalah belum tertata rapinya sebuah aturan berakibat pada hasil yg tdk maksimal. Sudah lihat kan buktinya, mana diurutan keberapa negara kita. Katanya subur, katanya kaya, tp kok beras masih impor dan banyak lainnya.
Ditaman deket dengan Departemen PU ini aku mengandai2 dan banyak bertanya, seberapa sulitkah mengatur negara ini. Andai aku menjadi presiden…..
Mungkin memang sulit ya. tapi apanya sih yang sulit. presiden kan orang tertinggi, dia punya kekuasaan, lagian dipilih juga udah jadi wakil rakyat kan? mbok yao itu para menterinya disuruh ini itu. kenapa g berani, kalo maju kan untuk dia sendiri dan rakyatnya, senang bareng2 kan?? —yah mungkin g sesimpel itu kali ya —
ato mungkin juga presiden banyak pertimbangannya, terlalu pinter atau g ngerti itu yang jadi masalah. lucu sekali kalo melihat tulisan dikoran kita selalu menerima bantuan. bantuan2 bantuaaaaaaaan terus, kemana itu bantuan, perasaan setiap tahun y begini2 terus. g berubah.
lebih lucu lagi setiap kali jalan udah bagus dibongkar, pendam ini itu, eh diaspal lagi. nti dobongkar lagi. g jelas bin aneh. maksudnya apa gt lo, g ada koordinasi gt kali ya.
kelucuan juga terjadi diinstitusi penelitian. wong neliti hal yang sama kok tempatnya berbeda2. neliti padi disini, dilembaga itu, diuniversitas ini, di sana-sini sana sini, aduuuh pusing deh. susah sekali menyatukannya, mbok konsentrasi sama satu tempat kan jadi.. hasilnya jelas dan fokus…
masalah pendataan juga begitu, g ada data yang jelas. aku pernah minta data sejarh lumbung pangan kita, katanya data ada disini, eh disini juga g ada, disitu jg g ada, diloper2 mulu. cape deh. mending ke arsip nasional, tapi yaaa…. sama saja. cuman mejeng doang.hee..
Sedetik kemudianditaman ini mataku kembali tertuju pada antrian kendaraan di depan motorku yang berhenti. “Fuiiih… Macet. Apaan ini, jalan dalem aja macet”
tapi benar juga, langsung aja terlintas diotakku, ini kan jalan menuju jalan protokol Jakarta, Sudirman. hmmm, Pasti macet disana. tapi anehnya, waktu kan masih menunjukkan pukul 13.00 WIB. “Dahsyat y Jakarta, macet tidak ditengah jam sibuk, pokoknya kapan sajamacet” hee…
— Pikiranku kembali melayang,—
lalu muncul ribuan pertanyaan kembali hanya karena macet. Pas sekali pengandaianku, sudah samalah antara Jakarta ini sebagai miniatur Indonesia. Membangun Jakarta sama kayak membangun Indonesia. Pasti ada yang tidak beres. Kenapa bisa begitu.
Lihatlah kawan, wahai negeriku yang Indah. Berulangkali, 24 jam penuh, 7 hari seminggu dan bulan berlalu sampai berganti tahun, macet di Jakarta muncul sejak tahun 80, hingga kini tidak bisa diatasi. Jogja segera menyusul, tahun 2001 pas aku kuliah disana, macet belum seberapa, tapi kini, wauuu… jlanan jogja telah menjadi lautan kendaraan. hmmm cek ckc ck…
Aku bertanya, siapa yang tinggal di Ibukota ini dan Jogja, adakah orang2 bodoh atau semua adalah “hewan”. — Agak kasar, tp memang kasar. —
Banyak buku mengatakan, bedanya manusia dengan hewan adalah manusia punya akal. Tidak mungkin akan tercebur di sumur yang sama ditempat yang sama. Belajar dari pengalaman. Tapi aneh, kata2 itu tidak disini, ditempat UMUM. Komunitas yang g jelas. komunitas yang harus dipersalahkan, berarti banyak manusia kini yangtidak semakin beradab. — bener g sih —
“Macet Jakarta, itu sudah biasa” kata banyak orang. Tapi dengan prinsip =tidak akan terjatuh dilubang yang sama=seharusnya tidak bgt. iya kan. Jika itu masih diterapkan dilingkungan masyarakat kita, maka Jogja dan kota besar lainnya akan juga menerapkan prinsip itu.
Lalu berapa kerugian ekonomi yang ditanggung negara ini.
Tau g sih kalo untuk membangun negar ini maka harus dimulai dari jalan. Pegandaiannya mudah. Dulu saya tinggal di desa, jalan susah, sering rusak berat. Tidak ada transportasi, maka hidup kami susah, mau jual produk pertanian aja males. Perlu seharian jalan.
Macet sama kayak kondisi jalan susah. Tidak ada bedanya. Lambat, panas, akhirnya males dan tidak bersemangat.
Hmm..
Payah………
Satu lagi yang mau ku keluarkan sebagai unek2
Ngurus surat2 itu susah. Kenapa KTP itu bermasalah. Kartu Tanda Penduduk. Artinya apa sih, nomor induk manusia yang jadi warga negara atau kartu akses penduduk disuatu tempat. Lha mbok setiap orang setiap lahir dikasih data nasional, kan gampang. Kasih aja nomor digital di jidatnya. Itu tempeli makluk nomor satu sampai nomor dua ratus juta. Kan gampang. Kalo semua dibuat digital kan gambpang. Makluk mana yang mati dan mana yang bertambah. Gt aja kok repot. hmm
Komentar»
No comments yet — be the first.